Selasa, Juli 24

GAUL berbekal ESQ

Sbg makhluk sosial qta msti pernah dlm lingkungan pergaulan yg tdp perbedaan kpentingan, sikap2 yg negatif, pro&kontra thd pendapat, kritik, hingga sikap2 yang menyertainya sbg reaksinya, spt ngambek, tersinggung, marah dsb. Hal ini wajar krn manusia punya sisi kecerdasan intelektual, emosional maupun spiritual yg masing2 dpt berlainan dan tdk sll stabil. Perbedaan ini menyebabkan reaksi berbeda saat mensikapi sebuah permasalahan/konflik, atau walaupun saat itu tanpa ada prmasalahan di tempat tsb seseorang dpt terganggu stabilitas emosi dan spriritualitasnya krn kondisi kesehatan fisik sdg kurang baik, atau krn permaslahan di tempat dan waktu lain yg terbawa. Sifat/perangai yg buruk dari orang lain jg dpt memicu sikap2 yg dpt memperkeruh suasana.

Cara pikir yg sering memicu konflik diantaranya adalah: "Saya/kami yg paling benar sedangkan kamu/kalian salah" atau "Saya/kami lebih pandai dan lebih baik dari kamu/kalian sedangkan kamu/kalian lebih bodoh dan lebih buruk dari saya/kami", sedangkan gak ada langkah tabayyun (klarifikasi/crosscheck) untuk memperoleh resolusi berdasar data yg benar, akurat, dan lengkap. Merasa benar/tau boleh, tapi merasa paling benar/paling pintar itu kurang tepat. Dan scr manusiawi, pribadi/kelompok cenderung tidak suka disalahkan, direndahkan, atau dianggap lebih bodoh. Disinilah maka qta perlu mengoptimalkan ESQ dg kembali menemukan 'God spot' dlm diri untuk mampu mengendalikan diri agar mampu mensikapi orang lain/lingkungan dg sikap terbaik. Bbrp diantaranya adlh dg cara:
  1. Evaluasi terhadap apa tujuan utama kita bergaul, yaitu seyogyanya tak lain sbg jln silaturohmi & memperluas ladang amal soleh qta krn Allah smata. Dgn sll sadar tujuan utama itu qta juga bisa mendewasakan diri dg melatih kemampuan berpikir/bersikap bijak, ikhlas, dan berusaha mjd bermanfaat. ”Khoirunnas anfauhum linnas" (sebaik-baik manusia adalah yg paling bermanfaat bagi orang lain/lingkungan).
  2. Mengenali karakter emosi diri sendiri, apakah qita termasuk yg labil/pemarah, sombong, suka cari popularitas, dsb. Setelah mengenalinya/intropeksi lalu coba mengendalikannya ke jalur yg benar dg memahami bahwa dgn memberikan sesuatu yg terbaik maka qita akan menerima yg baik2 pula, kalaupun ada balasan yg kurang baik itu smata ujian agar kita dpt lbh ikhlash & baik lagi.
  3. Reaktualisasi sikap yg dlm bhs Jawa dsebut 'tepo seliro', yaitu berempati dg senantiasa ingat bahwa klo gak mau digituin ya jangan berbuat seperti itu thd orang lain. Disini kepekaan hati sangat penting. Rasa ketidaksenangan thd sesuatu/sesorang kadang memunculkan sikap kesewenang-wenangan dan mjd hijab/penutup kejernihan pikiran untuk melihat scr obyektif dan berbuat adil. Dlm kepercayan saya tdpt ayat yg menrangkan klo "boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS Al-Baqarah 216).
  4. Apabila tdj suatu masalah selalu mengedepankan langkah musyawarah untuk solusi, tidak saling menyalahkan, tidak otoriter, dan cakap mengambil hikmah. Apapun permasalahannya hrs tetap bersyukur & meyakini bahwa Allah yg maha adil akan menguatkan jiwa kita ketika ujian datang menyapa. Allah mengingatkan qta,"Apakah kamu mengira akan masuk surga padahal blm datang kepadamu (ujian) sperti (yg dialami) orang2 trdahulu sblm kami. Mreka ditimpa kmelaratan, pnderitaan, diguncang (dgn brbagai cobaan). Shingga Rasul & orang-orang yg beriman bersamanya brkata, "Kapankah datang prtolongan Allah? Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat." (QS Al-Baqarah 214).
  5. Jika menyayangi sesuatu usahakan scr sederhana aj, krn jk tjd sesuatu yg membuat kita benci thdpnya, maka bencinya jg sederhana aj shg mudah memaafkan. Mencintai atau membenci sesuatu seharusnya dilandasi krn smangat penghambaan kpd Allah. Hidup terlalu singkat bila disi dg penyakit hati, spt iri, dengki, dsb. So, tetep gaul tapi selalu jaga hati aje dech
Wallahualam bishowab.

Tidak ada komentar: